Menguak Arah Patrakom Mengarungi Maritim Broadband

  • Mei 21, 2014
Alt

Jakarta (Indotelko)  - PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Patrakom) mulai bersolek pascar diakuisisi sahamnya oleh Telkom akhir tahun lalu.

Perusahaan yang berhasil membukukan keuntungan sekitar Rp 3,559 miliar dengan pendapatan Rp 200 miliar tahun 2013 ini telah berganti logo yang lebih bernuansa Telkom dengan dominan warna Merah-Putih.

Tak hanya itu, perseroan pun langsung menggeber sejumlah aksi guna mewujudkan impian Telkom kala mengakuisisi saham milik Elnusa dan PT Tanjung Mustika senilai Rp 72,6 miliar tahun lalu, yakni menjadi penguasa bisnis maritime broadband nasional yang diperkirakan pangsa pasarnya mencapai Rp 10 triliun.

“Kami telah menetapkan pada 2016 mendapatkan pendapatan Rp 1 triliun. Guna mencapai target itu kita harus tumbuh minimal 50% setiap tahunnya,” ungkap President Director Patrakom M. Gatut Awantoro di Jakarta, Selasa (20/5).

Diungkapkannya, perseroan menyiapkan belanja modal sekitar Rp 600 miliar  selama dua tahun untuk mencapai target tersebut yang dipasok dari dana internal dan pinjaman. "Tahun ini kita siapkan belanja modal sekitar Rp 100 miliar, dana internal pasokannya 30%, sisanya pinjaman. Kebanyakan untuk membeli infrastruktur," katanya.

Dikatakannya, sejauh ini pelanggan yang dimiliki berasal dari korporasi seperti BRI, Oil and Gas Company, Pertamina, dan lainnya. “Kami melayani sekitar 2.500 node ATM BRI serta kantor cabangnya. Walau BRI memiliki satelit nanti pada 2016, kita optimistis tak mempengaruhi pendapatan,” katanya.

Lebih lanjut dijelaskannya, untuk  masuk ke pasar maritime broadband perseroan telah menandatangani Memorandum Of Understanding (MoU) dengan operator satelit asal Korea Selatan KT Sat untuk menggunakan transponder KU-Band pada November 2013.

"Transponder KU-Band ideal untuk broadband karena bandwitdh lebih lebar. Sejauh ini kita punya setara 12 transponder dari satelit Telkom I dan II, Apstar, dan Measat. Ini kebanyakan C-Band," jelasnya.

Dikatakannya jika perseroan sudah bisa mendapatkan model bisnis yang ideal untuk segmen maritime broadband maka akan dibangun Hub untuk KU Band di Cibubur yang menelan investasi sekitar Rp 15 miliar.

"Kita sementara  menggunakan dulu Hub KU-Band dari KT-Sat, maksimal tahun depan sudah bisa digunakan. Sedangkan berapa transponder yang akan disewa dari operator itu kita lihat dulu potensi pasar yang bisa digarap," katanya.

Secara terpisah, praktisi bisnis satelit Kanaka Hidayat mengatakan, KU-Band memang ideal untuk layanan broadband karena posisinya lebih tinggi dari C-Band. “Sama seperti frekuensi, makin tinggi, bagus untuk kapasitas, tetapi tipis di jangkauan,” katanya.

Diingatkannya, jika Patrakom ingin masuk ke maritime broadband harus memiliki kalkulasi matang dan tak terpesona oleh adanya sekitar 5.532 kapal berbendera Indonesia. “Tak semua kapal itu langsung mau pakai satelit, terkadang sudah bawaan juga,” katanya.


Arsip